Transformasi Pemuliaan Tanaman Buah, BRIN Andalkan Teknologi Nonkonvensional

a01.png

Cibinong-Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan pentingnya transformasi pemuliaan tanaman buah melalui penerapan teknologi nonkonvensional. Langkah ini menjadi strategi untuk menjawab tantangan dalam pengembangan varietas unggul yang tangguh, bernilai ekonomi tinggi, dan memiliki mutu buah yang konsisten.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari, dalam kegiatan HortiActive#17 bertema “Advanced Technology dalam Pemuliaan dan Perbaikan Kualitas Tanaman Buah” yang digelar secara daring, Rabu (18/6).

“Indonesia sebagai negara tropis memiliki kekayaan buah-buahan yang luar biasa. Permintaan terhadap buah berkualitas juga terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, kesadaran akan kesehatan, dan kebutuhan industri pangan,” ungkap Puji.

Namun, ia menegaskan bahwa proses pemuliaan konvensional kerap tidak mampu mengimbangi dinamika tersebut. Keterbatasan seperti lamanya siklus pemuliaan, ketidakakuratan penentuan kualitas, dan kendala dalam reproduksi tanaman buah menjadi hambatan utama.

“Diperlukan solusi terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari pemuliaan hingga pascapanen, agar buah Indonesia mampu bersaing di pasar global,” imbuhnya.

Untuk itu, BRIN mendorong pemanfaatan teknologi maju dalam pemuliaan tanaman buah. Salah satu teknologi andalan adalah Near-Infrared Spectroscopy (NIRS) yang memungkinkan deteksi karakter buah secara cepat dan non-destruktif, mulai dari kadar gula, asam, kematangan, hingga ketahanan terhadap penyakit.

“NIRS sangat bermanfaat dalam menentukan waktu panen yang optimal dan pengelolaan pascapanen yang presisi. Teknologi ini telah diaplikasikan pada buah seperti apel, mangga, anggur, bahkan sawit,” jelas Puji.

Selain NIRS, teknologi kultur jaringan atau pemuliaan in-vitro juga menjadi pilar penting dalam transformasi pemuliaan. Dengan pendekatan ini, seleksi sifat unggul dapat dilakukan sejak dini, dan perbanyakan massal tanaman bisa dipercepat dalam skala besar. “Teknologi ini sudah mulai kami kembangkan sejak masih berada di Kementerian Pertanian, dan menjadi pendekatan strategis dalam pemuliaan buah modern,” tambahnya.

Pendekatan Speed Breeding
Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Hortikultura BRIN, Mia Kosmiatin, turut menegaskan bahwa percepatan pemuliaan tanaman buah sangat krusial, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan peningkatan kebutuhan pangan. Salah satu pendekatan yang dikembangkan adalah speed breeding, yaitu percepatan siklus generatif melalui manipulasi lingkungan tumbuh yang terkendali.

Menurut Mia, pemuliaan konvensional tanaman buah berkayu kerap terkendala oleh sifat biologis seperti penyerbukan silang, heterozigositas tinggi, reproduksi unik (seperti apomiksis dan poliembrioni), serta ketidakmampuan menyerbuk sendiri. Di sisi lain, banyak tanaman buah diperbanyak secara klonal sehingga mempersempit variabilitas genetik.

“Karena itu, teknologi nonkonvensional menjadi sangat penting,” ujarnya. Mia menjelaskan berbagai teknik mutakhir yang kini dikembangkan BRIN, seperti embriogenesis somatik, embryo rescue, mutagenesis dan seleksi in-vitro, poliploidisasi, fusi protoplas, hingga pengeditan genom berbasis CRISPR-Cas9.

Contohnya, pada tanaman jeruk, pengeditan gen callose synthase telah berhasil diterapkan untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit HLB/CVPD. Sedangkan pada apel, target pengeditan adalah gen Ma1 yang berfungsi mengatur kadar asam dan rasa buah.

“Embriogenesis somatik juga telah berhasil diterapkan pada berbagai buah tropis seperti mangga, jeruk, kelengkeng, jambu, dan durian. Semua ini menunjukkan bahwa kita telah berada pada jalur transformasi yang tepat,” ungkapnya.

Mia menutup paparannya dengan menekankan pentingnya kolaborasi antara riset dasar, teknologi mutakhir, dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal untuk menghasilkan varietas buah unggul yang adaptif dan kompetitif.

Pada webinar ini juga hadir Divo Dharma Silalahi dari PT Smart Tbk, Smart Research Institute, yang membawakan materi “Potential Implementation for Using Near InfraRed Spectroscopy to Predict the Fruit Ripeness Stages and Support Phenotyping in Breeding Programme of Tropical Fruits”. Divo menunjukkan bagaimana teknologi NIRS dapat diintegrasikan dalam program pemuliaan untuk mendeteksi tingkat kematangan dan mendukung seleksi fenotipe secara efisien.

Dengan mengandalkan teknologi nonkonvensional, BRIN berupaya mentransformasi cara pemuliaan tanaman buah agar lebih cepat, presisi, dan berkelanjutan demi mendukung ketahanan pangan dan peningkatan daya saing pertanian nasional. (nurm/ed.sl, mfs)

Sumber: https://www.brin.go.id/news/123653/transformasi-pemuliaan-tanaman-buah-brin-andalkan-teknologi-nonkonvensional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top