Sebagai negara agraris dengan kekayaan biodiversitas yang luar biasa, hortikultura memainkan peran yang sangat krusial dan multidimensi dalam pembangunan Indonesia. Peran-peran strategis tersebut antara lain:
1. Pendorong Perekonomian Nasional dan Daerah
Hortikultura merupakan sektor yang sangat produktif dan memberikan nilai tambah tinggi per satuan luas lahan. Sektor ini menciptakan lapangan kerja yang luas, mulai dari budidaya, panen, pengemasan, distribusi, hingga pemasaran. Data Kementerian Pertanian (2023) menunjukkan bahwa subsektor hortikultura consistently menyumbang sekitar 15-20% terhadap PDB sektor pertanian. Komoditas seperti cabai dan bawang merah sangat mempengaruhi inflasi, sementara komoditas eksotik seperti manggis, salak, dan nanas menjadi andalan ekspor non-migas yang menghasilkan devisa (Badan Pusat Statistik, 2023).
2. Penjaga Ketahanan Pangan dan Gizi
Ketahanan pangan tidak hanya tentang kecukupan beras (food security), tetapi juga tentang keberagaman dan kualitas gizi (nutrition security). Sayuran dan buah-buahan adalah sumber vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang esensial bagi kesehatan masyarakat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi minimal 400 gram buah dan sayur per hari untuk mencegah penyakit tidak menular. Kampanye #SerbuSetiapHari yang diusung Kementerian Pertanian berperan langsung dalam meningkatkan kualitas gizi dan mencegah stunting, sekaligus mendiversifikasi sumber pangan nasional (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
3. Pelestari Lingkungan dan Penyeimbang Ekosistem
Budidaya tanaman hortikultura, terutama tanaman hias dan buah-buahan tahunan, berkontribusi besar terhadap penghijauan, pencegahan erosi, dan penyerapan karbon. Praktik hortikultura modern juga semakin mengadopsi prinsip-prinsip ramah lingkungan seperti pertanian organik, integrated pest management (pengendalian hama terpadu), dan hemat air (precision agriculture), yang membantu menjaga kelestarian biodiversitas dan kesehatan tanah (Pretty, 2018).
4. Penggerak Pariwisata dan Edukasi
Kawasan-kawasan sentra hortikultura telah berkembang menjadi destinasi agrowisata yang populer. Kebun buah yang membuka pintu untuk petik sendiri (contoh: stroberi di Batu, apel di Malang), festival bunga (contoh: Festival Tomohon, Wisata Bunga Begonia di Cianjur), serta taman-taman tematik tidak hanya mendatangkan pendapatan bagi petani dan daerah tetapi juga menjadi sarana edukasi masyarakat tentang pertanian dan keanekaragaman hayati Indonesia (Widyastuti et al., 2020).
5. Pelestari Budaya dan Kearifan Lokal
Banyak komoditas hortikultura yang telah menyatu dengan budaya dan tradisi lokal. Tanaman obat (biofarmaka) adalah dasar dari pengobatan tradisional dan jamu, yang merupakan warisan budaya tak benda UNESCO. Berbagai jenis bunga (seperti kembang sepatu dan melati) dan buah (seperti kelapa dan pisang) juga memiliki makna simbolis dalam upacara adat dan keagamaan di berbagai daerah di Indonesia. Dengan demikian, pengembangan hortikultura juga berarti melestarikan warisan budaya dan kearifan lokal nenek moyang (Suharti, 2021).
Kesimpulan:
Hortikultura bukan sekadar tentang bercocok tanam. Ia adalah sektor strategis yang menyentuh aspek ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan sosial-budaya. Penguatan sektor hortikultura melalui inovasi teknologi, peningkatan kualitas SDM, dan dukungan kebijakan yang tepat akan membawa manfaat berlipat ganda bagi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Statistik Hortikultura 2022. Jakarta: BPS.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2023). Laporan Kinerja Tahun 2022. Jakarta.
Prihatman, K. (2000). Hortikultura: Pengantar Budidaya Tanaman Kebun. Bappenas.
Pretty, J. (2018). Intensification for Redesigned and Sustainable Agricultural Systems. Science, 362(6417).
Suharti, S. (2021). Etnobotani Tumbuhan Obat dalam Budaya Masyarakatakat Lokal Nusantara. Jurnal Biologi Tropis, 21(2), 450-461.
Widyastuti, S., et al. (2020). Agrowisata sebagai Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal di Sentra Hortikultura. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(3), 345-355.