Cibinong-Humas BRIN. Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari menyampaikan, kentang termasuk komoditas yang bernilai ekonomi. Di samping itu juga ikut mendukung program pemerintah untuk asta cita, sehingga ke depannya dapat menghasilkan varietas unggul yang presisi.
“Jika dilihat saat ini di lapangan, produktivitas dan kualitas kentang masih menghadapi tantangan termasuk hama dan penyakit, perubahan iklim, dan lainnya. Sektor industri pangan berbasis kentang ini juga menghendaki umbi tertentu dengan spesifikasi tertentu yang berbeda dari kentang jenis sayur,” ujarnya saat membuka webinar HortiActive#15, bertema Pemuliaan Kentang: Dari Konvensional ke Modern, Menjawab Tantangan Industri Dan Perubahan Iklim, diselenggarakan oleh Pusat Riset Hortikultura ORPP BRIN, Selasa (22/04).
Menurutnya, hingga saat ini kentang industri maupun kentang olahan seperti kentang segar dan bentuk olahannya, di Indonesia masih tergantung pada impor dari Belanda, Amerika Serikat, Jerman, Belgia, dan Kanada.
“Dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat saat ini yang menaikkan tarif impor maka kita harus lebih mandiri dan lebih memaksimalkan sumber daya manusia yang ada dengan kondisi alam yang ada untuk bisa menghasilkan varietas unggul kentang sesuai dengan keinginan konsumen,” kata Puji.
Selain tuntutan sektor industri, ujar Puji, perubahan iklim juga menjadi permasalahan yang dihadapi dalam budidaya kentang. Pergeseran musim yang sulit diprediksi, tingginya curah hujan, tidak meratanya curah hujan, dan peningkatan suhu permukaan, memicu lonjakan penyakit.
“Layu bakteri dan hawar daun (Phytophthora infestans) merupakan contoh penyakit utama pada kentang. Hal ini menjadi momok menakutkan di tingkat petani sehingga berdampak kepada produktivitas kentang,” tambahnya.
Dia menambahkan, berbagai terobosan sudah dilakukan BRIN untuk meningkatkan produktivutas dan kualitas kentang, yaitu menggunakan teknologi mutagenesis in vitro. Dengan meningkatkan keragaman genetik yang diinduksi menggunakan radiasi sinar gamma.
“Dilanjutkan dengan seleksi in vitro dan atau in planta menggunakan suspensi sel bakteri virulen, serta penggunaan teknologi rekayasa genetik dan berhasil memasukkan gen tunggal, gen RB, yang diisolasi dari spesies liar Solanum bulbocastanum,” tutur Puji.
Pihaknya telah melepas varietas Bio Granola sebagai hasil kerja sama Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian atau BBPSI Biogen dan Cornell University/ABSPII-USAID. Varietas tersebut tahan terhadap serangan P. infestans hingga 55-60 hsp tanpa penyemprotan fungisida.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Hortikultura BRIN Dwinita Wikan Utami menambahkan, kemandirian pangan adalah kunci dari keberlanjutan kesiapan pangan.
“Selain itu juga untuk mendukung kemandirian pangan secara nasional melalui pendekatan riset itu menjadi kunci. Kemudian pemuliaan adalah salah satu pendekatan riset yang menghasilkan bahan bibit unggul,” terangnya.
Ia menegaskan, di Pusat Riset Hortikultura BRIN, saat ini sudah mengembangkan pendekatan pemuliaan baik konvensional ataupun modern. “Untuk itu mari kita dukung kegiatan tersebut agar kedepannya bisa menghasilkan varietas kentang yang lebih produktif dan berkualitas tinggi,” ungkap Dwinita.
Sebagai informasi, kentang atau Solanum tuberosum L. merupakan salah satu komoditas hortikultura penting yang berperan sebagai sumber karbohidrat utama bagi sebagian besar penduduk dunia. Oleh karena itu kentang sering dijuluki sebagai starchy vegetable atau sayuran bertepung.
Di Indonesia, kentang juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan, terutama sebagai komoditas agrikultur untuk mendukung sektor industri makanan. Namun, produktivitas dan kualitas kentang masih sering menghadapi tantangan, seperti serangan hama dan penyakit, perubahan iklim, serta keterbatasan lahan pertanian.
Ketersediaan varietas kentang yang tahan terhadap penyakit, khususnya layu bakteri Ralstonia solanacearum juga masih sangat terbatas. Sumber ketahanan terhadap penyakit tersebut terdapat pada kentang liar, namun persilangan antara kentang liar dan budidaya menghadapi kendala. Seperti hambatan inkompatibilitas seksual yang terkait dengan tingkat ploidi dan Endosperm Balance Number atau EBN.
Melihat permasalahan yang ada, maka pemuliaan tanaman menjadi salah satu kunci strategis untuk meningkatkan hasil panen, kualitas, dan ketahanan terhadap faktor-faktor lingkungan yang merugikan.
Dalam sejarahnya, teknik pemuliaan kentang telah berkembang pesat, dimulai dari metode konvensional, seperti seleksi massal dan persilangan sederhana, hingga teknologi modern. Untuk teknologi modern, misalnyai pemuliaan berbasis bioteknologi, termasuk rekayasa genetika dan penggunaan marker molekuler. (dnp,tg/ed.sl, ns)