Peneliti BRIN Sebut Phytophthora Infestans Tantangan Utama Produksi Kentang di Indonesia

a05.webp

Cibinong-Humas BRIN. Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Rekayasa Genetika, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edy Listanto mengatakan, salah satu kendala produksi kentang yang utama adalah serangan Phytophthora infestans.

“Kalau tidak ada pengendalian oleh para petani, akan menyebabkan kehilangan hasil antara 47 hingga 100%, apabila didukung dengan cuaca dan kelembaban udara yang sangat mendukung untuk perkembangan phytophthora. Selain jamur, ada juga bakteri dan virus yang menyebabkan turunnya produksi,” paparnya pada webinar HortiActive#15, bertema Pemuliaan Kentang: Dari Konvensional ke Modern, Menjawab Tantangan Industri Dan Perubahan Iklim, yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Hortikultura OR Pertanian dan Pangan BRIN, Selasa (22/04).

Oleh karena itu, tambahnya, Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian atau BBPSI Biogen kerja sama dengan Cornell University/ABSPII-USAID, mengembangkan kentang yang tahan terhadap Phytophthora infestans dengan single gene yang dinamakan RB gene.

“Penggunaan varietas tahan penyakit akan lebih ramah, namun ada kendala kurangnya sumber ketahanan. Kemudian sering ada pada spesies liar yang bersifat diploid, sehingga untuk persilangan dengan kentang budidaya mengalami kendala,” jelasnya yang memaparkan tentang Development of 3-R gene Potato for Resistance to Late Blight Disease Phytophthora infestans.

Dia juga mengungkapkan, penggunaan teknologi rekayasa genetik telah berhasil memasukkan gen tunggal, gen RB, yang diisolasi dari spesies liar Solanum bulbocastanum.

“Kami telah melepas varietas Bio Granola sebagai kerja sama BBPSI Biogen dan Cornell University/ABSPII-USAID. Varietas yang tahan terhadap serangan P. infestans hingga 55-60 hsp tanpa penyemprotan,” tegasnya.

Untuk meningkatkan ketahanan yang bersifat durable, lanjut Edy, melalui kerja sama antara ORPP BRIN dengan MSU/FtF GBPP USAID telah dihibahkan kentang Granola mengandung 3R gene tahan terhadap P. infestans, diisolasi dari spesies liar yang berbeda.

“Biogranola sendiri dari awal penelitian hingga sampai tahap pelepasan itu membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 15 tahun dengan dana yang cukup mahal. Hasil parakitannya sebelum dilepas dan dikomersialisasikan harus memiliki Sertifikat Aman Lingkungan, Aman Pangan, dan atau Aman Pakan (bila akan digunakan sebagai pakan ternak),” tandasnya.

Disamping itu, ungkap Edy, sebelum beredar tanaman PRG perlu disosialisasikan kepada masyarakat dan petani. Baik berupa demplot, atau seminar-seminar yang disampaikan kepada para pemangku kepentingan.

“Selain kentang Biogranola juga sedang dilakukan penelitian lanjut yaitu pengembangan kentang 3-R gene, manfaatnya untuk menurunkan atau menghilangkan biaya pembelian fungisida. Manfaat lainnya, memiliki ketahanan yang tinggi (durable resistance) dan mengantisispasi adanya mutasi Phytophthora infestans. Apabila ada serangan strain baru, maka gen-gen tersebut akan menggantikan ketahanannya,” ujarnya.

Edy mengaku, dengan keberhasilan pengembangan varietas kentang yang memiliki ketahanan bersifat durable terhadap penyakit P. infestans ini, dapat mendukung produksi kentang di Indonesia secara berkelanjutan.

“Penggunaan kentang rekayasa genetika ini diharapkan dapat menurunkan biaya fungisida. Selain itu juga pemanfaatannya dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan,” harap Edy menutup paparannya.(dnp,tg/ed.sl, ns)

Sumber: https://www.brin.go.id/news/122783/peneliti-brin-sebut-phytophthora-infestans-tantangan-utama-produksi-kentang-di-indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top